Jumat, 01 April 2011

Hmm....aku yakin kita semua punya kisah yang seru dan mendebarkan saat kita pertama kali memakai kerudung dan jilbab. Dan tulisanku kali ini adalah kisah seorang akhwat yang kubingkai dalam sebuah cerita. Sebuah kisah dimana ia pertama kalinya menutup helai-helai rambutnya dengan "Kerudung" dan membalut tubuhnya dengan "Jilbab". Kisah ini sederhana, malah terkesan biasa saja dan tidak dapat dibandingkan dengan kisah teman-teman seperjuangannya yang sampai harus bertaruh nyawa. Walaupun terlihat biasa, tapi baginya ini ujian yang berat dan cukup melelahkan. Yah..sesuai dengan tingkat keimanannya yang masih lemah dan rapuh. Aku ingin mengisahkan pengalaman pertama akhwat tersebut ketika ia mengenakan kerudung dan jilbab pada kalian dengan tujuan untuk membedah otak, mengusik ketenangan hati, mengganggu jiwa, dan membisikkan di telinga kalian bahwa "Betapa bahagianya menjadi seorang Muslimah".
***
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Aku bingung ingin mengatakan keluargaku termasuk keluarga yang religius atau tidak. Dibilang religius, pemahaman agama orang tuaku kurang, buktinya kami tak pernah diajarkan tentang aurat, dibolehkan pacaran tapi dilarang berzina. Dibilang tidak religius juga religius karena ayah dan ibu termasuk orang yang rajin sholat. Mengajarkan kami mengaji dan memberitahukan pada kami mana yang baik dan buruk. Mungkin seperti keluarga muslim pada umumnya.
Aku sendiri mengenal islam dari mata pelajaran agama yang kudapat dari sekolah. Di sekolah aku diajarkan bahwa islam itu terdiri atas sholat, zakat, puasa, dan naik haji bagi yang mampu. Pelajaran agama tak pernah keluar dari topik tersebut mulai dari tingkat SD sampai SMU. Karena itu aku berpikir Islam itu  yah sholat, ya zakat, ya puasa dan naik haji titik. Jika kita sudah melaksanakan itu semua maka lengkaplah kita sebagai seorang muslim. Kukira kita semua berpikiran hal yang sama bukan? secara gitu lho, 12 tahun hanya berputar-putar disitu saja, tak pernah sedikitpun menyentuh topik yang lain. Ternyata ilmu Islam itu sedikit sekali.
Di zamanku, (kesannya biar gimana gitu..) sewaktu aku di bangku SMU, wanita yang menutup aurat masih sedikit jumlahnya. Mungkin diantara seribu siswi, yang menutup aurat hanya sekitar lima orang. Itupun hanya menutup biasa, jauh dari cara penutupan yang diperintahkan menurut syariat. Gak kayak sekarang, menutup aurat udah jadi trendseter walaupun nutupnya asal-asalan alias ngepaz abiz...
Dibangku SMU, aku masih culun-culun dan lugu-lugunya. Ikut trend, gak mau dibilang ketinggalan model. Menyukai baju yang ketat agar terlihat seksi, tak lupa celana pendek yang tentu dapat memperlihatkan jenjang kakiku. Jangan salahkan aku! Aku wanita, sudah menjadi naluri wanita ingin terlihat seksi, menggoda dan mempesona, serta menyukai pujian dari kaum adam. (aduh..buka kartu deh). Dengan gaya pakaian seperti itu, tak ada secuilpun rasa malu walaupun mata-mata kaum adam udah kenyang menelan auratku. Biasa saja, malah bangga dan senang jika ada yang memuji. Namun, aku bersyukur pada diri ini, walaupun saat itu aku akui tidak menutup aurat secara sempurna tapi aku masih menjaga pergaulanku dan diriku. Aku menjaga diriku dari yang namanya aktivitas pacaran. Mungkin karena saat SMP, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana teman kelasku begitu mudah dipeluk dan disentuh pacarnya. Kadang juga ciuman di pipi. Entah kenapa walaupun saat itu aku belum punya pemahaman islam, aku merasa sayang dan rugi jika tubuhku disentuh oleh laki-laki yang cuma berstatus pacar. Aduh betapa murahnya aku jika seperti itu, pikirku. Karena itu prinsipku, "Aku adalah boneka dari india yang boleh dipandang tapi tak  boleh disentuh. ( Aurat udah diobral gitu tapi masih sok jual mahal. hi..hi...lucu juga yah..^^ ).
Saat kelas 2 SMU, aku melihat teman kelasku memakai kerudung. Saat itu terbesit juga pertanyaan dalam hati ini, kenapa dia harus menutup rambutnya padahal rambutnya indah seperti mayang terurai? Siapa yang bisa menjawab pertanyaanku. Ya..akhirnya pikiranku tertuju pada guru agamaku yang jebolan Universitas yang melahirkan sarjana-sarjana agama yang pandai. Kala itu, guru agama dianggap orang yang paling ahli dalam ilmu agama, pastinya apapun yang keluar dari mulut mereka kami anggap benar. Pas mata pelajaran agama, akupun bertanya pada guru agamaku.
"Bu mana saja yang termasuk aurat wanita? Dan hukum menutup aurat bagi wanita apa bu?" Saat itu aku serius bertanya, sebab karena rasa penasaran, aku juga ingin tau alasan apa sehingga para wanita itu rela menyiksa dirinya memakai kain untuk menutup rambutnya. Serta ingin tau apakah aku berdosa atau tidak.
Ibu guru agamaku terlihat kaget, sebentar kemudian ia menjawab :
"menutup aurat bagi wanita itu tidak wajib kok nak". Ucapnya kemudian tersenyum.
"tidak wajib...? Tapi kenapa mereka pakai kerudung bu?" Aku merasa tambah tidak mengerti.
"begini, memang ada ayat-ayat dalam al-quran yang memerintahkan wanita untuk menutup auratnya, namun perintah tersebut hanya diwajibkan bagi wanita-wanita Arab saja, bukan wanita-wanita Indonesia atau wanita-wanita di negara lain." Ujarnya menjelaskan.
"kenapa begitu bu? Kok cuman wanita Arab?, apa bedanya kami wanita-wanita Indonesia dengan wanita-wanita Arab? Bukannya sama-sama wanita?" Aku semakin penasaran. ( Aku jadi ingat waktu nonton film KCB. Ketika Azzam menjawab pertanyaan tentang kecantikan wanita-wanita Mesir. "Kalau tiga wanita Mesir yang jalan, itu berarti ada enam orang yang cantik". Kok bisa?, "karena bayangannya juga cantik". Hi..hi...ini cukup memberitahukan kepada kita bahwa wanita-wanita Arab terkenal karena kecantikannya. "Kalau lima wanita Indonesia yang jalan, hanya satu yang cantik....wets...T_T ).
Akhirnya ibu guru agamaku-pun berkata,
"karena....( sebelumnya afwan bagi kaum adam )...nafsu laki-laki Arab sana tinggi-tinggi, mereka tidak bisa melihat aurat wanita sedikit saja. Mereka kalau melihat wajah, rambut atau betis saja, nafsu mereka sudah naik. Makanya kasus pemerkosaan disana tinggi. Sebab itulah wanita-wanita Arab wajib untuk menutup aurat termasuk wajah mereka. Beda sama laki-laki Indonesia. Nafsu laki-laki Indonesia tidak tinggi-tinggi. Tidak cepat tergoda kalau hanya lihat wajah, rambut atau betis. Jadi kita wanita Indonesia tidak wajib menutup aurat".  ( nah lo, kenapa senyum-seyum...)
Saat mendengar hal itu, teman-teman cowok pada tepuk tangan karena kegirangan, sembari mengangguk-ngangguk tanda setuju. Tak lupa mengaminkannya pula. ( huh...apa benar begitu...?)
Kami semua wanita yang berada di dalam kelas mengangguk paham. Ternyata bedanya hanya masalah "nafsu " saja. Saya mengaminkan hal ini karena saya sering mendengar di Arab sana banyak kasus pemerkosaan yang terjadi. Toh, belakangan kemudian muncul berita di TV, nenek-nenek umur 80 tahun diperkosa oleh pemuda tanggung berkali-kali...dan beritanya bukan hanya sekali. Idih...apa ini yang katanya nafsu laki-laki Indonesia tidak tinggi-tinggi? Mendingan laki-laki Arab, wajar kalau lihat yang bening-bening jadi nafsuan, ini nenek-nenek  yang udah kurus kering, tinggal tulang berbalut kulit masih nafsu juga? saraf benar tuh orang.
Tapi alasan yang dikemukakan ibu guru agamaku saat itu begitu kupercaya dan mengena di akalku. Aku begitu yakin karena toh guru agamaku sendiri tak menutup auratnya. Rambutnya hanya ditutupi kain penutup kepala dengan jambul yang terlihat bagian depannya. Bajunya pun memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya, dengan rok yang panjang namun terbelah di bagian belakangnya.
"jadi tidak berdosa khan bu"? Aku mengulangi pertanyaanku untuk memastikan.
"iya..tidak berdosa" jawabnya dengan tetap tersenyum.
"Alhamdulillah, syukur kalau begitu bu,  karena aku pikir selama ini aku telah berdosa".
Jujur saat  itu aku girang, karena ternyata aku tak berdosa. Semenjak hari itu, aku semakin PEDE dengan pakaian seksiku. Akupun tak pernah lagi bertanya dan mencari tau apakah jawaban ibu guruku benar atau salah.
Sampai akhirnya aku lulus sekolah dan memasuki dunia kampus. Di dunia kampus inilah aku ingin memanfaatkan masa-masa mudaku. Aku terpengaruh dengan slogan yang sering diucapkan teman-temanku. "Karena hidup hanya sekali, jadi manfaatkan masa mudamu sebaik mungkin". Aku yang awalnya tak pernah mengenal  bagaimana rasanya berpacaran akhirnya memutuskan untuk mencari pacar. Sayang khan masa masa-masa ini berlalu begitu saja?
Saat kuliah ada beberapa teman-teman cowok dan senoir yang sudah memberikan sinyal, namun gak ada yang berani dan sempat untuk menyatakan cinta. Mereka hanya menunjukkan lewat sikap. Mungkin saat itu aku masih maba, lagipula aku masih pilih-pilih untuk jadi pcar pertamaku. Selama beberapa bulan, aku berkelana dalam pencarian cinta. (pejuang cinta.red).
Sampai suatu hari, dosenku pada hari itu tidak datang mengajar. Aku ingin balik ke rumah, tapi tanggung karena dalam selang waktu dua jam lagi, mata kuliah yang lain akan masuk. Aku bingung mau kemana. Tapi saat itu ada dorongan dalam hatiku untuk beristirahat di masjid kampus. Akhirnya aku memutuskan untuk kesana. Saat aku sedang duduk melamun sendiri, tiba-tiba datang seorang akhwat dan kemudian duduk disampingku. Sepertinya ia juga datang beristirahat disini. Kamipun ngobrol tentang islam. Pada akhirnya ia mengajakku untuk ikut kajian (belajar islam). Tanpa pikir panjang aku menerima begitu saja. Aku penasaran dengan pemahaman islamnya, terlebih melihat gaya pakaiannya yang sopan dan agak sedikit "beda".  Aku juga hanya berniat untuk sekedar mengetahui islam itu seperti apa, tak ada sedikitpun niat untuk berubah. Oh iya..aku juga ingin menguji diriku, bisa insaf atau tidak..? karena aku tau, diriku adalah orang yang keras kepala dan tidak mudah untuk dipengaruhi.
Akhirnya aku ikut kajian islam. Dari kajian islam itulah aku baru tau ternyata ilmu islam itu luasssss buanget, gak ada habisnya. Aku baru tau kalo ternyata islam itu bukan hanya agama yang berbicara seputar ibadah mahdo semata (sholat CS). Islam itu agama yang kaffah, yang mengatur seluruh aspek kehidupan mulai dari sistem ekonomi, sosial, pergaulan bahkan sampai urusan politik yang dibilang haram dikaitkan dengan agama diatur pula oleh islam. Yang lebih mencengangkan lagi saat aku tau bahwa ternyata Islam itu pernah berjaya selama  tiga setengah abad (350 tahun) dengan sebuah negara yang menerapkan aturan Allah yang disebut Daulah Khilafah Islamiyah. Tambah mencengangkan lagi saat aku diberitahu bahwa ternyata yang namanya seorang wanita muslim mempunyai kewajiban untuk menutup auratnya dengan "kerudung" dan "jilbab" ketika ia sudah baligh. Itulah dua syarat pakaian taqwa yang membedakan wanita-wanita muslim dengan wanita-wanita kafir. Iseng-iseng aku menghitung berapa tahun aku berdosa karena tak menutup auratku semenjak aku baligh. Astagfirullah..waktu yang cukup lama...sangat lama. (Waktu yang pada akhirnya aku sesali sepanjang hidupku setelah aku berubah T_T).
Musrifahku (pengajar) menjelaskan tentang aurat wnita. Dia berkata, menutup aurat itu bukan hanya sekedar menutupnya begitu saja. Tapi menutup yang harus sesuai dengan perintah syariat agar amalan menutup aurat kita tidaklah sia-sia. Cara penutupan aurat yang sesuai dengan perintah Allah dapat teman-teman baca (di alamat link ini :
"jadi selama ini aku berdosa kak? Tapi kata ibu guru agamaku yang jebolan  sarjana agama  itu...? Terus terang aku kaget juga, tapi saat itu hatiku masih keras. Penjelasan tentang auratnya itu hanya masuk di telinga kananku dan keluar di telinga kiriku. Aku berpikir, jika aku memakai kerudung gak kebayang panasnya bukan main. Jilbab apalagi..aduh ibu-ibu banget deh...!. Pakaianku yang modis dan mahal mau dibuang..?gak bisa dibonceng gratis pulang dari kampus, gak bisa ngumpul-ngumpul bareng teman-teman, apalagi rata-rata teman-temanku 95% adalah cowok karena aku kuliah di fakultas yang identik dengan laki-laki, apa kata orang tuaku yang tau betapa seksinya aku...lama-lama mereka bisa jantungan. Keluargaku...yang masih lekat dengan adat...tetanggaku yang terpengaruh dengan isu-isu bahwa orang-orang yang belajar islam pasti jadi teroris, gak boleh pacaran...segala sesuatu menjadi terbatas...sementara aku suka dengan kebebasan maklum anak tomboy...aku nggak sanggup meninggalkan duniaku yang seperti sekarang ini....hatiku berat. "Kalau aku berubah kak, dunia pasti akan terbalik". Itulah selalu kalimat yang sering kukatakan pada musrifahku, yang sebenarnya ingin aku gambarkan bahwa hal itu tidak mungkin dan itu takkan pernah terjadi. Catet...T_T
Kajian Islam jalan, tapi dosa juga jalan. Pergaulanku semakin luwes, aku masih berharap ada cinta yang menyapa. Sebab sinyal-sinyal cintaku semakin tinggi. Aku masih saja berharap untuk mendapatkan pacar tapi yah gitu, cuma sinyalnya aja yang tinggi tapi koneksinya belum juga nyambung. Rasa malasku untuk pergi kajian sudah memuncak, sebab aku merasa bahwa semakin aku tau hukumnya, semakin aku tak tenang. Tapi aku juga merasa sayang untuk berhenti karena bagaimanapun juga aku harus tau tentang islam dan inilah satu-satunya hal yang bisa menjadi pagar bagiku dalam pergaulanku. Walau hatiku semakin malas dan tak ikhlas, tapi akal dan pikiranku memaksa kaki-ku untuk terus melangkah setiap waktu kajian itu tiba. Walau harus bangun pagi, hujan deras sekalipun aku tetap pergi. Sempat juga menerobos banjir yang sampai dilutut demi pergi kajian islam. Aneh memang...berjalan tanpa hati dan pikiran yang selalu bertentangan. Keduanya kini berperang dalam diriku...aku bingung tapi menikmatinya.
"Jika hamba-KU mendekat pda-Ku dalam jarak sejengkal, Maka Aku akan mendekat padanya dengan jarak sehasta, Jika hamba-Ku mendekat pada-Ku dengan jarak sehasta, Maka aku akan mendekat padanya dengan jarak sedepa, Jika hamba-ku mendekat pda-Ku dengan cara berjalan, Maka Aku akan mendekatinya dengan cara berlari".
Percayakah kalian dengan Hadits Qudsi diatas?  Aku percaya, sangat-sangat percaya. Karena aku membuktkannya pada diriku sendiri. Saat itu aku masih terus berusaha untuk mengejar cintaku (pacar.red.) walaupun aku tau itu dosa. Tapi di satu sisi, aku juga tak mau berhenti dari kajian islamku. Aku terus berusaha untuk mendekat kepada Allah walaupun tak ada keikhlasan sama sekali. Sungguh itu sangat berat. Alhamdulillah, Allah menjawab usahaku. Lama kelamaan keinginan untuk berkerudung muncul juga. Tapi niat itu belum seberapa dibandingkan dengan kuatnya penolakan hati. Aku pada akhirnya memutuskan untuk berkerudung. "aku akan memulainya besok". ucapku dalam hati.
Hari esok-pun tiba namun aku belum siap juga. "ah..besok lagi saja deh..mungkin besok lebih siap".
Besoknya...begitu lagi gak jadi lagi. Sampai akhirnya besok-besokku itu menghabiskan waktu berbulan-bulan. Aku mulai sadar, hatiku sebenarnya takkan pernah siap sampai kapanpun. Pikiranku memaksaku untuk melawan pada hati. "aku ingin mengalahkanmu wahai hati". batinku.
Kali ini aku tak mau lagi  menunggu kesiapan hati, tak mau lagi menyebut kata "esok". Malam itu aku sengaja bangun untuk melaksanakan sholat tahajud.
Jika disepertiga malam para hamba Allah bangun untuk meminta, aku tidak. Aku ingin menyampaikan protes dan keluhanku pada-Nya. Setelah usai sholat, aku mengungkapkan protes, dan menumpahkan semua isi hatiku pada Allah.
"Ya Allah, kenapa sih wanita harus menutup auratnya...kenapa Engkau menurunkan perintah yang seperti ini?...yang sangat berat aku laksanakan....?"
"Ya Allah, kenapa wanita-wanita yang lain begitu mudahnya menutup aurat mereka, sementara aku tak bisa? Apa yang salah pada diriku ya Allah...?"
"Ya Allah, kenapa hati ini begitu berat melaksanakan perintah-Mu...kenapa hatiku menolaknya...?"
"Ya Allah, kenapa hatku tak bisa ikhlas agar aku mudah untuk melaksanakan perintah-Mu...kenapa..?"
Pokoknya aku protes dan mengeluh pada Allah. Malam itu hatiku sakit. Aku terus menangis sejadi-jadinya sampai aku merasa sesak untuk bernafas. Aku begitu benci dengan diriku yang mempunyai hati yang sekeras batu. Andai bisa kulukis, aku seperti tertindih oleh gunung yang besar. Jujur..memakai kerudung tak pernah ada dalam mimpiku sama sekali dan taki pernah terlintas dalam khayalku sedikitpun.
Aku-pun akhirnya memohon pada Allah dengan khusyu,
"Ya Allah, Engkau Maha membolak-balikkan hati, maka balik-kanlah hati hamba untuk menuju jalan-Mu, Ikhlaskan hati hamba ya Allah agar mudah melaksanakan perintah-Mu...ikhlaskan hati hamba ya Allah...Jika ia tak mau ikhlas, paksa ia untuk ikhlas ya Rabbi...paksa ia untuk ikhlas....paksa ya Rabb...untuk ikhlas...." Ucapku terus menerus sambil terisak.
Karena begitu kuatnya keinginan untuk berubah aku akhirnya mengucap sebuah janji pada Allah.
"ya Allah, aku benar-benar ingin berubah menjadi hamba-Mu. Mulai malam ini aku berjanji pada-Mu, aku tidak akan pernah menyentuh yang namanya pacaran. Itu janjiku pada-Mu..."
Semalaman aku menangis sampai waktu subuh tiba. Usai sholat shubuh, aku tertidur. Saat aku terbangun, alhamdulillah hatiku agak lega rasanya. beban hatiku kini sudah tak ada. Pagi itu aku ke kampus, dengan kerudung tentunya. Panjang ceritanya, aku hanya bisa bilang, semua orang memperhatikanku, semua terkejut, semua heran, semua diam, saling berbisik. Ada yang pro dan ada yang kontra, ada juga yang kecewa. Ya..lah siapa lagi kalau yng naksir padaku ..^^. Aku masa bodoh.
Alhamdulillah ujian kerudung lewat. Tapi aku masih merasa kurang, sebab masih ada tersisa satu perintah yang belum aku laksanakan yaitu memakai “Jilbab”. Kalau untuk perintah yang satu ini aku menyerah. Sebab aku tak tau, sanggupkah aku mengalahkan hati untuk yang kedua kalinya? Ku biarkan saja Allah membuat rencana untukku.
Dulu sebelum aku menutup rambutku, Aku berkenalan dengan seorang cowok yang menarik simpatiku. Pernakah kalian melihat seorang primus? Apa menurut kalian primus itu gagah? lelaki yang berkenalan denganku lebih gagah dari seorang primus. Sumpah. Di kedua pipinya terdapat lesung pipi, itu yang membuat senyumannya semakin menarik. Kulitnya putih, bibirnya berwarna pink, bodinya macho. Belum lagi ditambah suaranya yang merdu…dipadu padankan dengan kemahirannya memetik senar-senar gitar. Wanita normal mana sih yang gak tergoda? Dia lelaki tertampan yang pernah aku temui dalam hidupku. (astagfirullah…jaga hati..jaga hati….@_@). Menurut kabar yang kudengar dari temanku dia adalah laki-laki tertampan di kampusnya. Saking cakepnya, banyak wanita yang menawarkan diri padanya, namun dia menolak. Yang paling membuatku tertarik, dia pernah jadi seorang ikhwan, berpenampilan dengan baju koko dengan mata yang selalu menundukkan pandangan…. namun dia terpengaruh kembali dengan lingkungannya dan sekarang berstatus mantan ikhwan! T_T
Cowok itu sering datang di tempat kostku dikarenakan ia berteman dengan teman kostku. Hari itu, ia kaget saat bertemu aku kembali dengan penampilan yang berbeda. Kepalaku sudah terhijabi dengan kerudung. Ternyata dari awal ia sudah menyukaiku, namun dengan penampilanku yang baru akhirnya ia jatuh cinta padaku. Hanya selang dua hari dari perubahanku, ia kemudian datang dan menyatakan cinta padaku. Dia ingin menjadi pacarku.
Aku kaget, masya Allah, cowok setampan ini jatuh cinta pada gadis yang berwajah pas-pasan  seperti aku? Aku tidak percaya. Aku sampai menyuruhnya untuk memperbaiki matanya. Walaupun begitu, Perasaanku begitu senang.. Hatiku sudah menjawab ya dari tadi, seribu bahkan sejuta kali. Tapi pikiranku memerintahkan bibirku untuk diam. “inilah impianku, mendapatkan seorang kekasih untuk tambatan hati, akhirnya aku punya pacar juga”. Batinku.
Tapi…astagfirullah…aku baru teringat, dua malam yang lalu, aku sudah terlanjur berjanji kepada Allah untuk tidak menyentuh yang namanya pacaran. Hatiku kini meringis pilu. Pilu sekali. Dalam hati, aku marah padanya. “Kenapa kau baru menyatakan cintamu sekarang? Tahukah kau, aku sudah terlanjur berjanji”. Andai aku belum berjanji, kau pasti akan kuterima. Perlahan-lahan muncul rasa penyesalanku atas ucapan janjiku pada Allah. Aku sampai nyeletuk dalam hati, “ya Allah, bisakah aku meralat janjiku waktu itu pada-Mu, bisakah aku menarik kembali perkataanku kalau aku tidak akan pacaran”? ah penyesalanku semakin dalam. Hatiku semakin lemah saat melihat tatapan matanya yang sangat berharap agar aku menjadi pacarnya. Tapi pikiranku saat itu menguatkan aku. “ukhti, ingat kamu sudah berjanji, dan kamu harus menepati janji itu. Apakah kau mau Allah menurunkan siksa padamu karena kau telah mengingikari janjimu”.
Akupun mengumpulkan semua tenagaku untuk memberikan jawaban padanya.
“Maaf, pacaran dalam islam itu hukumnya haram, Saya tidak bisa. Dan saya kira kamu juga pasti tau khan? Aku berbicara begitu tenangnya. Andai ia bisa melihat isi hatiku, mungkin ia akan melihat hatiku yang sedang teriris pilu .
“aku tahu, karena itu, aku tidak akan menyentuhmu. Aku yang akan menjagamu dari laki-laki lain. Aku janji” ujarnya memohon padaku.
“maaf, sekali lagi aku tak bisa, sebaiknya kita berteman saja…(teman tapi mesra maksudku..he..he..)”. Saat itu aku hanya diam saat melihat ia pergi dengan wajah yang penuh kekecewaan. “maaf aku sudah berjanji pada tuhanku, aku harus menepatinya.”. aku lega.
Rupanya ia tak menyerah. Ia terus berusaha mendekatiku dengan segala rayuannya…rayuan pulau kelapa. Manisssss abisz. Untungnya aku sudah terbekali sedikit dengan islam, jadi aku masih bisa bertahan walaupun sudah jatuh bangun sampai terseok-seok. Belum selesai rupanya Tuhan mengujiku dengan komitmenku.
Selang beberapa hari kemudian, teman kampusku yang anak orang kaya juga menyatakan cinta padaku. Jika aku bersedia jadi pacarnya, dia akan memberikan apa-pun yang aku minta, mengantarku kemanapun aku ingin pergi, pokoknya hidupku terjamin. Wah, ini tawaran yang menarik, rugi khan kalo ditolak. Tapi janji tetap akan menjadi janji, apalagi janji dengan Sang Maha Pencipta. Aku menolak lagi dengan berat hati. Belum juga aku menghilangkan perasaan menyesal, datang lagi orang yang ketiga untuk menyatakan cinta…keempat dst…semua dengan tawaran-tawaran yang menarik. duh..apa maksudmu ini ya Allah? Godaan pacaran terus menyerangku….iblis tak berhenti untuk merayuku. Hatikupun dari awal sudah luluh lantak, tapi pikiranku yang sudah dipenuhi dengan pemahaman islam terus menarikku agar aku tak terjatuh kedalam lubang dosa. “jangan pakai perasaan..pakai pikiranmu”. “Ah, aku harus kuat…harus kuat…itu semua ujian Allah padaku. Ujian seusai janjiku”. Aku terus menguatkan hatiku. Andai aku belum berjanji mungkin aku sudah melakukan aktifitas pacaran. Naudzubillamindzalik.
Jika seperti ini terus aku takkan kuat. Aku harus berubah total, agar mereka tak lagi menggangguku. Tapi sekali lagi, Hatiku menolak untuk berjilbab. Malah hatiku terus mengumpatku karena menolak tawaran pacaran tersebut, apalagi menolak tawaran si tampan itu. pikiranku mulai goyah. Aku hampir saja menyerah, tapi Allah menguatkanku kembali dengan sedikit memberiku pelajaran kecil yang berharga.
Aku kembali mengadu pada Allah tentang cowok tersebut yang terus menggangguku. Kenapa dia datang disaat aku ingin berubah menjadi seorang muslimah yang sebenarnya. Aku meminta kepada Allah untuk menguatkan hatiku darinya. Selesai aku berdoa dan menangis ria, aku membuka Al-Quran dan kemudian mengaji. Kebetulan Al-Quran yang kubaca adalah al-quran terjemahan. Saat itu aku sampai pada suatu ayat yang membuat hatiku semakin jatuh cinta kepada Allah:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An-Nuur; 26)
Astagfirullah, aku menangis seusai membaca ayat Allah yang satu ini. Bukankah ini adalah janji Allah bahwa wanita yang keji akan mendapat laki-laki yang keji dan wanita  yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik pula? Bodoh, kenapa aku menyesali cowok mantan ikhwan tersebut. Aku terus mengutuk hatiku…dan bukankah jika aku berubah menjadi wanita yang sholehah dengan melaksanakan perintah-Nya dengan menutup aurat secara sempurna maka Allah pasti akan memberikan padaku laki-laki yang sholeh juga khan?. Tanpa sadar akupun berdoa kepada Allah,
“Ya Allah, jika kelak aku sudah berubah menjadi wanita yang sholehah, maka hadiahkanlah padaku lelaki yang sholeh pula. Akan kutagih janji itu padamu ya Rabbi”!
Inilah alasan kedua, kenapa aku ingin berubah setelah alasan pertamaku yaitu agar aku bisa mendapatkan cinta Allah. Aku teringat perkataan seorang ustad bahwa jika kita ingin melihat cerminan jodoh kita, maka lihatlah pada diri kita sendiri.
Karena Allah akan memberikan jodoh yang sama dengan tingkat keimanan kita. Jika saat ini engkau melakukan dosa maka saat itupun jodohmu sedang melakukan dosa pula. Sebaliknya jika saat ini engkau sedang melakukan kebaikan maka saat itu pula jodohmu sedang melakukan kebaikan pula. Hmm…gara-gara terkenang dengan perkataan ustad tersebut, setiap aku melakukan kebaikan atau keburukkan aku teringat jodohku. Karena tak mau jodohku buruk maka aku selalu berusaha untuk berbuat kebaikan biar dia baik juga disana. He..he..!
Akhirnya aku mengumpulkan tekadku untuk mengenakan jilbab. Beruntung, ada seorang kakak yang menghadiahkan 2 jilbabnya kepadaku. Allah juga menolongku. Kakak sepupuku yang kembali ke kampungnya karena sudah selesai kuliah melupakan satu jilbabnya di lemari. Anehnya ia mengatakan bahwa hanya jilbab itu saja barangnya yang terlupakan. Kupikir itu rezekiku, Alhamdulillah sudah punya tiga jilbab. Tapi saat itu, aku tak tau kapan waktu yang tepat aku akan berani mengenakannya.
Kebetulan lembaga dakwah tempat kajianku di kampus mengadakan acara. Aku termasuk sebagai panitia inti. Saat hari itu tiba, aku bersiap ke tempat acara. Namun saat kubuka lemariku, astagfirullah, tak ada sedikitpun baju di dalamnya. Kulirik tempat pakaian kotorku, sudah penuh. Aku ingat, sudah dua minggu ini aku tak mencuci pakaianku karena kesibukkanku ( :P ).
Aku panic, ya Allah, aku harus pakai baju apa?. Gak mugkin khan aku mengambil kembali pakaian kotorku!. Aku masih dalam kebingungan, deringan telpon dan sms dari teman-teman sudah memintaku segera untuk ke acara. Ketua panitianya tiba-tiba mendadak harus mengasistensi laporan Tugas Akhirnya. Akhirnya aku dimintanya untuk menggantikan tugasnya sebab aku adalah sekretarisnya. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah kantongan plastic yang kusimpan dalam lemariku. Isinya jilbab hadiah dari sang kakak. Apa aku harus memakai jilbab sekarang?, jika aku tak pergi, bagaimana nanti acaranya? Ah…mungkin ini tandanya aku harus berubah. Akhirnya aku mengenakan jilbab untuk yang pertama kalinya. Aku terus memandangi cermin, sambil berpikir, apa aku terlihat seperti ibu-ibu?
Saat aku melangkahkan kaki keluar dari rumah kostku, kutau semua mata tertuju padaku. Mas bakso lannggananku menatapku kaget. Orang-orang di kostku apalagi. Belum lagi dengan mahasiswa-mahasiswa yang hanya kami saling mengenal wajah karena tinggal di lingkungan yang sama. Mereka tak berhenti berkedip. Saat itu, tak sedikit-pun aku  menoleh. Aku cepat-cepat menaiki angkot dan kabur dari situ. Dalam perjalananku, aku merasa ada sesuatu yang lain pada diriku. Entah kenapa matahari yang menyengat hari itu tak kurasakan. Aku juga merasa menjadi seperti muslimah yang baru terlahir ke dunia. Ya Allah, hatiku begitu merasa lega dan tenang karena sudah tidak dikejar lagi oleh dosa aurat. Aku merasa diriku menjadi terjaga dari pandangan-pandangan liar, dan merasa begitu terhormat. Rupanya beginilah rasanya jika kita sudah bisa menaklukkan dunia untuk akhirat…sungguh, aku tak dapat melukiskan kebahagiaanku dengan kata-kata. Setibaku di tempat acara, semua mata kembali tertuju padaku lagi.  Teman-teman akhwat bergembira melihat perubahanku dan mengucap syukur. “ukhti, setelah kau mengenakan jilbab, apakah dunia menjadi terbalik? Dunia aman-aman saja bukan?”. Ujar musrifahku, yang ingin menggodakku. “Iya kak, dunia tak terbalik malah semakin cerah saja . Balasku sambil tersenyum.
Tantangan yang sebenarnya akan datang ketika aku masuk kampus. Esoknya, aku memasuki gerbang fakultasku, seperti kemarin, semua orang menatapku mungkin mereka pikir ada mahasiswa baru di fakultas mereka. Maklum, saat itu aku satu-satunya mahasiswi yang memakai jilbab diantara semua mahasiswi di fakultasku.   Kakiku semakin bergetar saat aku menaiki tangga menuju lantai tiga tempat perkuliahanku. Jantungku semakin berdetak cepat. Saat tiba di lantai tiga, teman-teman seangkatanku sedang asyik bercanda sambil tertawa. Aku yang tiba-tiba muncul dengan penampilan baru mampu menghentikan aktifitas mereka beberapa detik. Semua diam semua membisu. suasana menjadi hening.  Aku tambah grogi. Entah apa yang ada dalam pandangan teman-temanku, melihatku dengan cara yang aneh. Bagi mereka ketika aku megenakan kerudung adalah hal yang biasa, tapi kali ini aku tampil dengan jilbab adalah hal yang luar biasa. Seharian di kampus, tak ada yang komentar. Teman-teman cowokku tak ada yang mengajakkku bicara. Bahkan sahabatkupun menjauh dariku. Aku hanya bisa terus beristigfar.
Hari berikutnya, di lingkungan jurusanku, aku mendapat panggilan baru. Uztadzah. Sebenarnya aku tau itu panggilan mengejek karena setiap menyebut kata ustadzah mereka tertawa. Jujur, itu adalah panggilan yang paling kubenci. Tapi aku hanya menjawab dengan bibir yang tersenyum mantap. “alhamdulillah, semoga kelak saya bisa menjadi seorang ustadzah, terima kasih doanya teman-teman” belum lagi aku dikatakan mirip oma-oma yang jualan sayur dipasar. Ditanyain, sudah hamil berapa bulan. Aku jawab saja seenaknya.”sudah 3 bulan”. Ditanyain, kamu ini aliran apa? Aku jawab “aliran listrik”. Hati sudah gerah ya Allah. Sabar…sabar…T_T
Masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri adalah jurus yang kupakai ketika teman-teman mengejekku. Bagiku tak masalah, Seisi dunia pun menjauhiku aku tak peduli, asal Allah cinta dan ridho padaku. Karena bukan kepada mereka aku mempertanggungjawabkan perbuatanku, tapi hanya kepada Allah tuhanku. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, akhirnya teman-teman kampusku bisa menerima keadaanku. Asalkan sabar dan kuat, insya Allah, badai pasti  berlalu.
Bagaimana kisahnya menarik bukan?.  Ternyata, hidayah bagi seseorang sudah tersedia, tinggal kita yang datang dan berusaha untuk mengambilnya. Ibarat makanan yang sudah tersaji di piring, namun masih membutuhkan tangan kita agar makanan tersebut bisa masuk ke dalam mulut.  Dan memang, untuk mengambil hidayah tersebut, kita akan diuji oleh Allah berupa rintangan yang membutuhkan kesabaran dan keihklasan. Jika kita berusaha dengan sunguh-sungguh untuk berubah, maka Allah akan memudahkannya. Jika  Dia, Aku dan muslimah-muslimah yang lain berhasil menundukkan hati dan pikiran dengan aturan Allah, maka aku yakin, kamu juga bisa. Yuk…bersama-sama kita raih ampunan dan surga Allah.
”Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al Hadiid : 21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template Design By:
SkinCorner